Bagi sebagian besar orang, tujuan
utama berwisata adalah untuk mendapatkan suasana rileks di tempat tujuan
wisata tersebut. Seperti halnya saya, saya lebih memilih tempat wisata
yang relatif masih alami, belum terlalu ramai, dan yang murah meriah.
he.. he..
Hari ini adalah hari terakhir liburan sekolah semester 2 tahun pelajaran
2011/2012. Tanpa persiapan yang matang saya memutuskan untuk mengajak
istri dan anak saya yang paling kecil untuk berlibur ke Pantai
Jolosutro. Maklum Jolosutro adalah pantai terdekat dari tempat tinggal
saya, yakni hanya 10 kilometer. Dengan mengendarai motor matik kesayangan, sayapun berangkat ke Jolosutro.

Empat kilometer menuju pantai saya mulai disuguhi pemandangan panorama alam yang indah. Perbukitan di
sisi jalan dan panorama pantai Jolosutro yang terlihat dari jauh semakin
menambah indahnya pemandangan.

Semakin dekat dengan pantai, semakin jelas terlihat bagaimana indahnya panorama pantai Jolosutro yang terlihat dari kejauhan.

Kurang lebih 1 kilometer dari pantai terdapat pos penjaga retribusi. Setelah membayar tiket Rp. 7.500 untuk 3 orang, harga tiket yang sangat murah, saya kemudian meluncur ke pantai.

Pertama kali saya membawa anak dan istri ke sisi timur pantai Jolosutro.

Sisi timur pantai Jolosutro terlihat kurang landai. Untuk anda yang
ingin menikmati asyiknya terkena hempasan ombak sangat disarankan untuk
tidak berada di sisi timur.

Anda dapat menikmati hempasan ombak pantai Jolosutro dengan aman di
pantai sebelah barat karena disebelah barat terdapat delta sehingga
pantainya terkesan lebih landai bila dibandingkan dengan pantai
disebelah timur.

Akhirnya kami hanya menikmati pemandangan dari bangunan baru yang terdapat di sisi timur pantai ini. Setelah beberapa lama menikmati pemandangan sambil menggambil gambar, kami memutuskan untuk bergeser ke arah barat.

Saya memilih untuk tidak menyusuri pantai karena akan terlalu capek, mengingat garis pantai Jolosutro termasuk sangat panjang, membentang dari timur ke barat. Dengan mengendarai motor, kami bergerak ke arah barat melalui jalan setapak yang terdapat di sebelah utara sungai.

Sesampai di sana, motor saya titipkan di tempat parkir, setelah membayar parkir, 2000 rupiah, kami memutuskan untuk langsung menyeberangi bukit kecil melalui jalan setapak sejauh 100 meter menuju pantai pasir hitam.

Bila diamati, warna pasir pantai di sebelah timur cenderung lebih putih.
Semakin ke barat warna pasirnya cenderung semakin hitam, karena di duga
banyak mengandung bijih besi.

Biasanya para wisatawan lebih suka memilih menikmati pantai jolosutro
dari sisi barat, karena disamping lebih landai suasananya juga lebih
sejuk. Hal ini dimungkinkan karena banyak pepohonan di dekat pantai
sebelah barat.


Di pantai pasir hitam ini, suasananya sangat sejuk. Garis pantai yang
landai membuat saya dapat leluasa menikmati buih air laut yang terhempas
di atas pantai pasir hitam. Sungguh pemandangan yang luar biasa.

Tekstur pasir di pantai ini terlihat sangat lembut, berwarna hitam
mengkilat, dan ketika saya mencoba mengambil lalu menggenggamnya terasa berat, mungkin karena kandungan unsur besi di dalamnya.

Di pantai pasir hitam ini juga terdapat beberapa perahu nelayan yang
digunakan untuk menangkap ikan. Akan tetapai jumlah nelayan di pantai
Jolosutro ini relatif masih sangat sedikkiit bila dibanding dengan
nelayan di pantai lain di Kabupaten Blitar.

Saat saya sedang menikmati asiknya pemandangan pantai, di sebelah barat tampak seorang lelaki setengah baya sedang memasang jaring di tepi pantai tiap kali hempasan gelombang datang. Saya kemudian mendekatinya dan berbincang-bincang dengannya. Ternyata lelaki ini sedang menjaring udang kecil yang sangat banyak jumlahnya. Udang-udang ini banyak terdapat di sepanjang pantai pasir hitam pada musim-musim tertentu. Dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama lelaki ini dapat mengumpulkan banyak sekali udang-udang kecil ini.
sayang sekarang sdh tdak seperti dulu lagi ketika masih ada perkebunan karet, bahkan hutan2 alami di jolosutro sudah banyakl yang habis dibabat orang2 yang tak bertanggungjawab, juga rusak akiba bekas penambangan pasir besi...
BalasHapusBaru 1x aku kesana walaupun rumahku cuma 8km dari laut. itupun sudah 15thn yang lalu.
BalasHapusCiyeeeee mas hendi :D . ayo mas mrono tak ampiri neng samben
HapusTiap suro aku kesini...
BalasHapus